Keluh kesah yang hadir dalam batin...
Pemikiran yang terus bergemuruh bak ombak yang saling beradu ketika menghantam karang. Proses perubahan diri dalam menghadapi fase remaja akhir memberikan tekanan yang tak tentu dan cukup menyesakkan dada. Kebingungan, ketidak tahuan, ketidak pastian, kesulitan dalam menentukan akan seperti apa dan bagaimana sebenarnya jati diri yang melekat pada raga, pada jiwa, dan takdir yang melekat erat dalam diri ini. Memberikan hasil akhir kekhawatiran serta ketakutan akan apa yang terjadi pada masa yang akan datang, pada dunia yang akan menyambut datangnya sosok manusia ini untuk bertarung satu sama lain dalam mempertahankan hidup. Akankah muncul kembali teori darwin mengenai seleksi alam? akan kah seorang manusia kalah dalam pertarungan hidupnya dengan "kehidupan yang sesungguhnya"?? lalu apa sebenarnya kehidupan sesungguhnya?. Ah apa yang sedang di katakan ini.
Merasa bahwa otak tidak dapat menuntun hati ini untuk merasa, bertindak sesuai yang seharusnya. ketidak sinkronan yang terus terjadi dengan lisan dan pusat pengendali (otak) ini. terus membuat tekanan-tekanan baru. kesalahan demi kesalahan terus terukir. Apakah sebagai seorang manusia kita tidak boleh membuat kesalahan? tentu di perkenankan. Lantas mengapa masih takut dalam membuat kesalahan? bukahkah disana kita dapat menemukan sebuah pelajaran baru? PERMASALAHANnya adalah individu ini merasa sulit dan tidak dapat belajar dari kesalahan tersebut. BODOH. Hal yang selalu disesalkan akibat dari perubahan diri ini yang tidak sesuai dengan apa yang di harapkan.
Menghilangkan rasa kepercayaan. Hal ini terus menerus terjadi, pada akhirnya menyesal. Bertekad untuk tidak melakukan hal itu lagi. Pada akhirnya kembali tekad tersebut hancur sudah. Apakah itu dinamakan tekad? lagi lagi BODOH. Merasa sulit untuk memaafkan diri, ingin dalam hati melakukan perubahan. Tetapi kebiasaan ini tidak turut memberikan dukungan pada keinginan itu. SIA-SIA.
Merindukan masa lampau. Menjadi seseorang yang penuh semangat, menyukai tantangan, pupus sudah seiring berjalannya waktu. Bagai pecandu, rasa malas lagi-lagi merusak jalan dalam menuju keberhasilan. PECUNDANG. Tidak memiliki keberanian yang besar dalam melawan rasa itu.
Komunikasi yang hancur. Kemampuan dalam berkomunikasi dan membangun relasi yang baik pada akhirnya tak terelakan lagi. Sepuluh bahkan lima menit sepertinya orang-orang tidak tahan untuk belama lama bersama. Jalinan hubungan yang kian kandas memberikan rasa keputus asaan. Sulitnya menciptakan suasana dan membuat topik pembahasan yang menarik lagi-lagi membuat komunikasi itu semakin tenggelam jauh. Lantas harus seperti apa? Apa yang harus di lakukan? Sayangnya saat ini tidak lagi di butuhkan berbagai teori-teori karna itu percuma. Bagaimana untuk mempertahankan suatu hubungan? Bagaimana menciptakan suatu komunikasi yang berkesan? Apa yang harus dilakukan? Rasa ego yang terus membelenggu diri membuat diri itu sendiri menjadi hilang dari peradaban. Hidup tetapi tidak hidup.
Komentar
Posting Komentar